Welcome!

Welcome to my blog. Feel free to read posts in this blog. Critics and Suggestions are useful for me. Thank you :)

Jumat, 25 Desember 2015

Callous Christmas

Udah 2 bulan lebih gak ngurus blog. Pada postingan sebelumnya (spoiler : festival wiabu se-Indonesia), gue pernah bilang kalau rumah gue lagi direnovasi sehingga tidak ada koneksi internet. Kali ini gue udah bisa internetan di rumah sementara gue. Kok bisa? Tinggal beli kabel panjang, tarik sendiri, colok modem, otak atik sedikit, kelar. Ada koneksi internet deh. Kalau kata cewek-cewek lucu yang lagi kekinian sih, "Yey \o/".

Sebelumnya gue mengucapkan selamat natal bagi yang merayakan natal, dan selamat liburan bagi yang merayakan libur juga. Semoga di negara ini tiap natal gak cuman bahas debat haram enggaknya ngucapin selamat natal, ya lakukanlah hal yang berguna dikit. Misalnya nonton Macaulay Culkin lagi bikin perangkap buat ngerjain pencuri di Home Alone, gitu. Seenggaknya kan dapet inspirasi bagaimana cara memerangkap wanita agar situ enggak jomblo, iya kan?

Ngomong-ngomong soal jomblo, Setiap malam natal entah kenapa gue memikirkan kapan gue bisa memandang langit malam bertabur bintang, dari atas genteng, bersama seseorang yang gue sayangi (percaya atau tidak, bayangan ini selalu muncul setiap malam natal, sejak 8 tahun lalu). Enggak, gue bukan anak ngenes yang ngemis-ngemis minta perhatian cewek. Cuman, mungkin mimpi sederhana itu masih belom waktunya, hehehe.

Karena hal tersebut, gue menyadari sesuatu pada natal di tahun ini :

Selama gue di kota ini (Solo), gue belom pernah kenalan dan ngobrol bareng (entah chatting, atau curhat) sama cewek dari daerah sini.

Oke. Gue sempet tertegun dan karena kepikiran tersebut, akhirnya terjadilah Tragedi Susu Milo*.


Bener sih. Selama gue satu setengah tahun tinggal di kota ini (karena emang kuliah juga di sini), gue jarang ngobrol sama cewek. Jurusan yang gue tempuh juga jurusan Teknik Mesin, yang notabene memang gak ada ceweknya sama sekali, kecuali di jurusan lain, itupun juga ceweknya masih bisa diitung pake jari tangan dan beberapa jari kaki. Kampus gue juga merupakan kampus yang disiplin, dimana kuliahnya ada 2 shift, shift satu jam 7 pagi - 3 sore, dan shift dua jam 2 siang - 10 malem. Kalo mau jujur, kuliah kayak gini memang mengurangi komunikasi gue dengan lingkungan sekitar gue (walaupun dibilang begini, alasan pihak kampus pasti bilang : kan kamu bisa komunikasi sama teman-teman kampusmu, bukankah mereka keluargamu juga?).

Selain itu, gue juga orang Jakarta (lebih tepatnya perbatasan Jakarta Timur - Bekasi Barat, tinggal di sebelah timur Kanal Banjir Timur, alias anak planet Bekasi), gue masih gak nyambung ngobrol sama mereka, yang tiap gue nanya pake Bahasa Indonesia, dan orang yang gue tanya jawab pake Bahasa Jawa, sehingga gue harus bilang "Mas/Mbak, saya gak ngerti bahasa Jawa", kemudian orang tersebut menjawab terbata-bata menggunakan bahasa Indonesia sambil mikir-mikir agak lama kayak menterjemahkan Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia. Gue serasa tinggal di negara Jawa, bukan negara Indonesia.

Untungnya, statement tersebut udah tidak berlaku lagi ke teman-teman kampus gue, karena gue emang udah satu setengah tahun kuliah di sini, mereka (beberapa) ada yang mengerti sih kalau gue bukan orang sini. Tapi statement tersebut tidak berlaku untuk tukang becak, pedagang angkringan, tukang tambal ban, penjual nasi padang, satpam, dan ibu-ibu bawa motor yang jam 10 malem berkendara tanpa nyalain lampu (lampu depan dan belakang, bahkan belok gak pake lampu sein) dengan kecepatan 20-40 kilometer per jam di tengah jalan (serius, di kota ini, yang kayak gitu : ada).

Untuk soal cewek di kampus, gue merasa cewek di kampus gue beda banget sama cewek pas gue masih di Bekasi. Gue gak akan melihat dari fisik antara cewek di kampus gue dengan cewek di sekolah lama gue, karena kampus gue kampus berbau "mesin", jelas "kekuatan" dan "keperkasaan"nya beda jauh.

Untuk sikap, entah mengapa gue merasa gue gak bisa deket sama cewek-cewek disini. Bukan dalam artian deket jadi pacaran (karena memang beda tipe, dan tipenya bukan gue banget, sehingga mungkin mustahil pacaran sama cewek-cewek di kampus gue). Gue merasa cewek-cewek di kampus gue lebih tertarik ngobrol sama teman-teman gue yang kasarannya se-suku. Kalau menurut gue sih, kendala bahasa dan budaya. Tiap gue ketemu cewek, dia pasti ngobrol ke cowok lain pake Bahasa Jawa, yang tentu saja gue gak ngerti. Alhasil, gue mem-bodo amat-kan setiap keadaan seperti itu.

Selama gue di kota ini, gue belom pernah denger ada cewek dari daerah sini yang mau curhat ke gue. Gue, yang semasa sekolah biasa jadi tempat curhat cewek, alias curhatzone, merasa heran. Malahan beberapa bulan lalu, gue kenalan sama cewek dari daerah Bandung karena game online, baru kenalan sehari langsung curhat banyak. Obrolan kita sih nyambung, ceweknya juga gak jelek-jelek amat. Sayangnya, gue gak menjamin kalau gue jadian sama dia bakalan mulus. Gak cuma teman game, teman sekolah lama gue juga masih ada yang curhat sama gue.

Sedangkan di sini, udah sekampus, papasan pun kadang nyapa kadang enggak. Gue merasa makin suram. Gue merasa hidup gue hanya dikeliling cowok saja.... Oke itu serem, untungnya gue masih demen cewek, tapi gue gak tau teman kampus gue ada yang demen sesama jenis atau enggak.

Gue mencoba gabung ke komunitas di daerah sini. Sayangnya, komunitas yang gue gabungin gak ada ceweknya. Oke, gue merasa makin lebih suram. Mungkin sebenarnya ada, tapi mungkin mereka lebih konsentrasi ke komunitas lain. Gue memaklumi sih, mungkin di komunitas tersebut bukan hobi yang sama dengan hobi gue, walaupun tetep gue bingung : kok gue susah kenalan sama cewek ya.

Gue merasa gue di sini makin susah mencari cewek dengan lingkungan seperti ini. Memang sih, gue selalu bilang kalau gue sedang konsentrasi "membangun pondasi untuk keluarga masa depan gue", cuman gue merasa aneh aja, kenapa cewek di sini susah buat deket sama gue, minimal ngobrol lah. Bukan gue kesepian ga ada cewek, cuman mungkin, beda daerah, beda kebiasaan. Mungkin gue yang biasa jadi curhatzone jadi enggak biasa dengan keadaan seperti ini (walaupun begini, gue pernah jadian sama cewek gegara jadi curhatzone, loh. Jangan remehkan curhatzone). Ujung-ujungnya gue, sebagai pendatang, mungkin perlu beradaptasi.

Hahaha... Kebanyakan beradaptasi, mungkin gue mempunyai banyak sekali hal-hal yang gak cocok dengan lingkungan ini (?), atau apakah karena emang banyak yang gak cocok, gue yang harus pindah (?). Mungkin karena itu, gue jadi gak punya perasaan alias menjadi Callous, sehingga natal kali ini serasa seperti Callous Christmas.

Ya, semoga mungkin malam natal yang kesekian (entah berapa tahun lagi), gue bisa memandang langit malam, bertabur bintang-bintang gemerlapan, dari atas genteng, bersebelahan bersama bintang terindah. bintang yang selalu menyinari hati gue dikala suka maupun duka, bintang yang selalu menerima gue apa adanya, dan bintangnya adalah dia, seseorang yang mungkin gue belom pernah ketemu, atau mungkin sudah pernah ketemu, tapi bintang tersebut akan kugapai, dan bersama-sama melintasi hidup dengan bintang tersebut, selamanya. Amin.


Merry Christmas




Salam Bintang Terindah

@leonardixb


*Mengapa ada Tragedi Susu Milo? Gue kepikiran itu saat lagi nonton anime sambil minum susu, pas gue taro susunya, kepikiran kayak gitu, eh kesenggol, tumpah deh. Sedih gila.