Bulan November adalah bulan yang biasa aja bagi gue, kecuali di awal dan (hampir) akhir bulan bulan. Kenapa? Karena tanggal 3 November adalah hari ulang tahun Stella JKT48, member yang gue dukung selama ini. Gue juga pernah ngasih dia video ulang tahun buatan gue dan teman-teman gue. Postingan 3 November 2012 ada di sini. Lalu apa yang buat gue seneng berikutnya? Tanggal 22 November, Dhike ulang tahun.
Ternyata 3 November itu mengubah raut wajah senang gue. Stella mengumumkan kelulusannya (graduate a.k.a grad) (keluar) dari JKT48. Gue langsung speechless. Ternyata member yang gue dukung selama ini tidak akan bertahan lama di theater. Tapi seenggaknya gue sempat ngasih project terakhir gue buat dia. Projectnya apa? cek di channel youtube gue.
Dengan keluarnya Stella dari JKT48 menambah deretan keluarnya member yang gue dukung. Diawali dari oshimen gue di AKB48, Mariko Shinoda, grad. Lalu dari JKT48, Annisa Athia, grad. Sekarang Stella Cornelia, grad. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, oshimen gue udah grad 3 orang. Belum lama ini, calon oshimen gue dari gen 2, Dellia Erdita, grad juga. 4 sudah member yang gue dukung keluar dari idol group 48 itu.
Gue juga gak nyangka, kenapa bisa member yang keluar itu pas dengan member yang gue dukung. Apa mungkin hanya kebetulan? Atau mereka tau gue dukung mereka dan mereka gak demen gue sehingga mereka mengundurkan diri agar tidak gue dukung? Atau ternyata ini adalah ulah semesta alam yang berkonspirasi untuk membuat gue oshihen (pindah oshimen) ke Dhike? Bahkan gue gak tau ada apa ini. Hanya Tuhan dan sistem semesta yang rumit yang tau.
Rasanya melepas oshimen keluar dari idol group itu, jujur, biasa aja. Karena masih ada yang lebih susah utnuk rela melepas lain daripada melepas oshimen.
Gue jadi keinget pas jaman-jamannya gue pacaran pertama kali. Enggak, bukannya gue lemah dan enggak bisa move on. Ini karena gak ada topik pembicaraan lagi di blog, jadi ya mending ungkit masa lalu aja, mumpung mirip ini, toh anaknya juga udah bahagia disana :)
Pas pacaran pertama kali rasanya..... Indah abis, Gue merasa saat itu adalah orang yang paling bahagia di seluruh dunia, bahkan mengalahkan orang terkaya sekalipun. Gue merasa saat itu adalah saat dimana gue ingin membuat dia senang dan nyaman bersama gue, walaupun ternyata hanya sebentar.
Saat itu gue pacaran gak nyampe satu bulan. Alasannya? Rumit, dan gue gak mau membahas lebih lanjut. Rumit deh.
Saat diputusin, rasanya kebahagiaan gue hilang. Gue kehilangan saat-saat dia tertawa riang. Gue kehilangan saat-saat dia sedih. Gue kehilangan hal-hal iseng dia. Gue kehilangan saat-saat dia sendirian dan butuh seseorang untuk menemani dia. Gue gak tau mau senyum ke siapa lagi. Gue gak tau mau ngobrol deket ke siapa lagi. Gue merasa gak ada lagi orang disekitar gue, bahkan teman sekalipun gak ada yang bisa menggantikan dia.
Saking parahnya, gue sampe mengandai-andaikan dia dalam tokoh imajinasi gue, dan di dunia imajinasi itu ada gue, dan dia selalu bersama-sama gue di dunia imajinasi gue. Bodohnya, gue malah twit fantasi-fantasi tersebut. Keesokan harinya, gue langsung diajak ngomong serius sama dia. Ternyata, fantasi yang menurut gue unyu itu, membuat malu dia. Gue juga baru sadar, mana ada orang yang mau dijadiin obyek bersama orang yang udah gak deket lagi, tapi dibuat-buat seolah-olah dekat. Gue serasa seperti membohongi diri gue sendiri.
Berbulan-bulan setelah diajak ngomong, gue udah merasa lebih sedikit senang, walaupun masih agak enggak rela. Untungnya, satu tahun berlalu sejak kejadian itu, gue udah gak mikirin kejadian bersama dia, walaupun tetap, gue gak bisa mendapatkan kesenangan yang sama seperti saat gue pertama kali jadian sama dia.
Gue jadi keinget saat dia terakhir tersenyum sama gue saat itu. Benar-benar terakhir. Senyumnya sangat manis. Lekukan mulutnya lebih indah daripada lekukan bulan sabit di langit malam. Matanya yang agak sipit, namun memancarkan cahaya yang lebih indah dari kemilau pelangi, Wajahnya yang imut, lebih imut daripada maid-maid yang ada di maid cafe maupun yang cosplay menjadi maid. Yak, senyum terakhir dia, membuat gue cukup senang, karena seenggaknya gue pernah sempat memiliki dia, walaupun hanya sebentar.
Kok jadi kejauhan gini ya ngelanturnya....... Macam orang lemah aja gue -__-
Gue cerita tadi bukannya gue lemah, gak bisa move on, galau terus. Bukan itu. Cuma ya, keinget aja. Rasanya melepas oshimen mirip sama melepas orang yang udah kita dapetin susah-susah, ujung-ujungnya lepas juga. Berarti memang belum takdirnya aja. Kesimpulannya gitu aja sih.
Mungkin semesta menginginkan gue menjadi Dhike-oshi.
Dan mungkin semesta akan memberikan kebahagiaan gue yang lebih daripada kebahagiaan gue yang hilang saat itu, entah kapan waktunya, suatu saat pasti gue akan dapatkan kembali kebahagiaan gue itu, dengan melihat raut wajah senang seseorang, yang pasti bukan dia, entah orang tersebut ada dimana. Karena kebahagiaan itu tidak dapat diukur, bahkan mendapatkannya saja sudah merasa sangat bangga.
I was so happy, a few years ago. But I'll get my happiness again.
Sumpah ngelanturnya parah. Sekian deh.
Oshihen Omedetou (Selamat mengganti member yang didukung)
@leonardixb
Ternyata 3 November itu mengubah raut wajah senang gue. Stella mengumumkan kelulusannya (graduate a.k.a grad) (keluar) dari JKT48. Gue langsung speechless. Ternyata member yang gue dukung selama ini tidak akan bertahan lama di theater. Tapi seenggaknya gue sempat ngasih project terakhir gue buat dia. Projectnya apa? cek di channel youtube gue.
Dengan keluarnya Stella dari JKT48 menambah deretan keluarnya member yang gue dukung. Diawali dari oshimen gue di AKB48, Mariko Shinoda, grad. Lalu dari JKT48, Annisa Athia, grad. Sekarang Stella Cornelia, grad. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, oshimen gue udah grad 3 orang. Belum lama ini, calon oshimen gue dari gen 2, Dellia Erdita, grad juga. 4 sudah member yang gue dukung keluar dari idol group 48 itu.
Gue juga gak nyangka, kenapa bisa member yang keluar itu pas dengan member yang gue dukung. Apa mungkin hanya kebetulan? Atau mereka tau gue dukung mereka dan mereka gak demen gue sehingga mereka mengundurkan diri agar tidak gue dukung? Atau ternyata ini adalah ulah semesta alam yang berkonspirasi untuk membuat gue oshihen (pindah oshimen) ke Dhike? Bahkan gue gak tau ada apa ini. Hanya Tuhan dan sistem semesta yang rumit yang tau.
Rasanya melepas oshimen keluar dari idol group itu, jujur, biasa aja. Karena masih ada yang lebih susah utnuk rela melepas lain daripada melepas oshimen.
Gue jadi keinget pas jaman-jamannya gue pacaran pertama kali. Enggak, bukannya gue lemah dan enggak bisa move on. Ini karena gak ada topik pembicaraan lagi di blog, jadi ya mending ungkit masa lalu aja, mumpung mirip ini, toh anaknya juga udah bahagia disana :)
Pas pacaran pertama kali rasanya..... Indah abis, Gue merasa saat itu adalah orang yang paling bahagia di seluruh dunia, bahkan mengalahkan orang terkaya sekalipun. Gue merasa saat itu adalah saat dimana gue ingin membuat dia senang dan nyaman bersama gue, walaupun ternyata hanya sebentar.
Saat itu gue pacaran gak nyampe satu bulan. Alasannya? Rumit, dan gue gak mau membahas lebih lanjut. Rumit deh.
Saat diputusin, rasanya kebahagiaan gue hilang. Gue kehilangan saat-saat dia tertawa riang. Gue kehilangan saat-saat dia sedih. Gue kehilangan hal-hal iseng dia. Gue kehilangan saat-saat dia sendirian dan butuh seseorang untuk menemani dia. Gue gak tau mau senyum ke siapa lagi. Gue gak tau mau ngobrol deket ke siapa lagi. Gue merasa gak ada lagi orang disekitar gue, bahkan teman sekalipun gak ada yang bisa menggantikan dia.
Saking parahnya, gue sampe mengandai-andaikan dia dalam tokoh imajinasi gue, dan di dunia imajinasi itu ada gue, dan dia selalu bersama-sama gue di dunia imajinasi gue. Bodohnya, gue malah twit fantasi-fantasi tersebut. Keesokan harinya, gue langsung diajak ngomong serius sama dia. Ternyata, fantasi yang menurut gue unyu itu, membuat malu dia. Gue juga baru sadar, mana ada orang yang mau dijadiin obyek bersama orang yang udah gak deket lagi, tapi dibuat-buat seolah-olah dekat. Gue serasa seperti membohongi diri gue sendiri.
Berbulan-bulan setelah diajak ngomong, gue udah merasa lebih sedikit senang, walaupun masih agak enggak rela. Untungnya, satu tahun berlalu sejak kejadian itu, gue udah gak mikirin kejadian bersama dia, walaupun tetap, gue gak bisa mendapatkan kesenangan yang sama seperti saat gue pertama kali jadian sama dia.
Gue jadi keinget saat dia terakhir tersenyum sama gue saat itu. Benar-benar terakhir. Senyumnya sangat manis. Lekukan mulutnya lebih indah daripada lekukan bulan sabit di langit malam. Matanya yang agak sipit, namun memancarkan cahaya yang lebih indah dari kemilau pelangi, Wajahnya yang imut, lebih imut daripada maid-maid yang ada di maid cafe maupun yang cosplay menjadi maid. Yak, senyum terakhir dia, membuat gue cukup senang, karena seenggaknya gue pernah sempat memiliki dia, walaupun hanya sebentar.
Kok jadi kejauhan gini ya ngelanturnya....... Macam orang lemah aja gue -__-
Gue cerita tadi bukannya gue lemah, gak bisa move on, galau terus. Bukan itu. Cuma ya, keinget aja. Rasanya melepas oshimen mirip sama melepas orang yang udah kita dapetin susah-susah, ujung-ujungnya lepas juga. Berarti memang belum takdirnya aja. Kesimpulannya gitu aja sih.
Mungkin semesta menginginkan gue menjadi Dhike-oshi.
Dan mungkin semesta akan memberikan kebahagiaan gue yang lebih daripada kebahagiaan gue yang hilang saat itu, entah kapan waktunya, suatu saat pasti gue akan dapatkan kembali kebahagiaan gue itu, dengan melihat raut wajah senang seseorang, yang pasti bukan dia, entah orang tersebut ada dimana. Karena kebahagiaan itu tidak dapat diukur, bahkan mendapatkannya saja sudah merasa sangat bangga.
I was so happy, a few years ago. But I'll get my happiness again.
Sumpah ngelanturnya parah. Sekian deh.
Oshihen Omedetou (Selamat mengganti member yang didukung)
@leonardixb