Welcome!

Welcome to my blog. Feel free to read posts in this blog. Critics and Suggestions are useful for me. Thank you :)

Jumat, 24 Januari 2014

Banjir Bosen

Hari ini sama seperti hari-hari biasa di bulan yang merupakan musim penghujan : banjir. Enggak, kali ini bukan banjir kangen sama seseorang.... iya sih gue lagi kangen sama seseorang juga.

Musim hujan identik dengan banjir. Kata temen-temen gue yang rumahnya di komplek rumah gue, kebanyakan bilangnya begini :
Banjirnya parah nih selutut di depan rumah
Atau
Banjirnya udah masuk garasi nih

Yang parah juga ada
Aduh masuk rumah, bantuin gue keluarin airnya dong

Atau yang nggak masuk akal
Banjir nih... Sepinggang gue.... Yang lagi jongkok.... Di atas genteng rumah gue 

Banyak yang bilang kayak gitu. Untung daerah komplek perumahan gue agak tinggi, jadi banjirnya cuma semata kaki. Iya, "semata kaki di depan jalan", enggak pake embel-embel "semata kaki pas gue lagi manjat genteng rumah". Jadi ya, cetek.

Gue jadi keinget dulu tahun 2007 awal, yang banjirnya parah banget. Pas itu gue masih kelas 6 SD. Saking parahnya, gue dianter dari sekolah pake truk, udah kayak bocah ingusan mau demo. Untung pas itu di rumah gue banjirnya baru selutut di depan jalan.

Itu masa lalu.

Gara-gara banjir (yang katanya parah di beberapa daerah) tahun ini, beberapa sekolah, kuliah, dan kantor diliburkan. Yak, gue juga diliburin. Sumringah abis akhirnya bisa lepas dari kepenatan belajar mulu.

Karena banjir, gue gak tau mau pergi ke mana. Kelapa Gading? Banjir. Bekasi? Banjir. FX Sudirman? Banjir, lagian juga gak tau mau ngapain kesana. Alhasil enggak tau mau ngapain di banjir kali ini.

Untungnya ada komputer, jadinya gue bisa main komputer dulu. Tapi bosen juga. Jadi mau ngapain ya, gue bingung juga.

Akhirnya gue mencoba lagi kebiasaan gue masa lalu, melihat langit senja, di atas genteng.

Bosen juga.

15 menit gak tau mau ngapain di atas genteng, langit sudah gelap, dan nyamuk sudah siap ngeroyokin gue, gue masuk kamar gue, tiduran, dan liat langit-langit rumah gue.

Nyaris bosen sih, tapi akhirnya gue mendapatkan sesuatu yang membuat gue enggak bosen.

Melihat langit-langit rumah yang putih polos. Kayaknya sih biasa aja. Coba putihnya di ganti hitam, sehitam gelapnya langit malam. Malah gelap ya. Coba tambahin titik-titik putih. Udah kayak liat langit malam ya. Akhirnya gue menemukan sesuatu yang menarik dari kegiatan enggak guna ini.

Bintang-bintang yang posisinya acak-acakan itu membentuk rasi bintang. Dimana ada rasi bintang yang mirip sama gue, dan disebelahnya ternyata ada rasi bintang juga, yang ternyata mirip sama cewek yang gue demen, walaupun enggak akan kesampaian. Iya, kali ini gue lagi demen sama seseorang yang (lagi-lagi) enggak mungkin bakal mau jadi pacar gue.

Di langit itu, rasi-rasi mereka bergandengan, dan mereka melihat ke belakang. Gue penasaran belakangnya itu apa.

Gue zoom out langit malam itu.

Ternyata ada rasi bintang lagi. Kali ini tidak membentuk mahluk hidup, melainkan seperti sebuah tempat, yang ternyata adalah sebuah pelaminan. Ternyata rasi gue memakai jas hitam dan celana panjang hitam, dan rasi bintang cewek imajinasi gue menggunakan baju dress putih yang roknya bisa menyapu bintang di langit. Keren abis.

Yak, selamat datang di dunia imajinasi, dari hal yang sebenarnya polos, dengan sedikit taburan warna, semua berubah menjadi dunia angan-angan yang mungkin enggak akan terjadi, tapi jika dipikirkan dan dibayangkan mendalam, seru juga.

Tak terasa udah malam, dan gue langsung tidur. Di mimpi itu, persis seperti imajinasi gue, cuma bedanya pelaminannya enggak di langit malam membentuk rasi bintang, melainkan pelaminannya berada di atas kapal pesiar yang megah, yang ternyata kapal-kapal itu melewati banjir yang menenggelami kota itu.

Beyond your imagination

@leonardixb