Welcome!

Welcome to my blog. Feel free to read posts in this blog. Critics and Suggestions are useful for me. Thank you :)

Minggu, 24 Mei 2015

Callback Love

1 bulan udah ga ngeblog. Bulan ini adalah bulan yang membuat gue cukup sibuk. Yap, semester genap kuliah gue udah mau selesai, dan gue banyak kerjaan, sekaligus minggu ini gue ujian praktik untuk kelulusan. Semoga gue sukses, ya :)

Di tempat kuliah gue, kerjaannya banyak banget, dan gak bisa dikerjain di rumah. Ya iyalah, yakali gue kudu beli mesin bubut pribadi buat ngebubut kerjaan gue di rumah, bisa-bisa didepak gue.

Yap, gue sebagai anak teknik mesin, yang konon katanya susah dapet pacar. Bener sih, di jurusan gue gak ada ceweknya sama sekali. Isinya batangan semua. Untung gue gak beralih prioritas untuk mencari masa depan. Jadi? Ya gue sampe sekarang belom pacaran :)

Dan itu menjadi permasalahan gue pada bulan ini.

Semua berawal ketika internet provider yang paling gue benci mati. Gue mau gak mau harus menonton stock anime yang udah gue download sebelum-sebelumnya. Alhasil gue menonton anime yang berjudul Eureka 7. Bercerita tentang apa? Gue gak mau ceritain, mending kalian nonton sendiri aja. Enak aja masa blog gue jadi tempat sinopsis film.

Pada pertengahan episode, entah kenapa otak gue tiba-tiba berproses...

Eureka 7, adalah anime rekomendasi gue untuk seseorang yang dulu gue suka, alias gebetan gue pada masa lalu. Tokoh karakternya, mirip gebetan gue (gebetan yang sebelum gebetan ini)(gebetan banyak amat le, jadian kagak).

Nah ini masalahnya.

Gue jadi flashback saat gue dulu sedang ngegebet dia. Entah kenapa tiba-tiba keinget lagi, seakan-akan kayak elu lagi nyari benda yang dibutuhin gak ketemu-ketemu, tapi pas lagi gak butuh tiba-tiba benda itu nongol dengan sendirinya.

Itulah yang gue alami saat ini. Disaat gue sedang lagi di minggu ujian kenaikan tingkat, tiba-tiba gue mendadak galau.

Sekarangpun gue keinget pertama kali gue ketemuan sama dia, karena kecelakaan kecil yang gue buat sendiri, terus gue minta tolong dia, dan dia mau nolongin gue. Sejak itulah gue mulai berkenalan dengannya, dan mencoba lebih mengenali dia, yang pada saat itu katanya orangnya anti-social.

Kemudian berbulan-bulan gue ngobrol sama dia, lama-lama muncul benih mungil yang akan tumbuh rindang bernama : kebersamaan. Loh kok kebersamaan, kenapa bukan cinta, atau sayang, atau  kangen, atau rindu, atau tetek bengek lainnya yang apalah gue ga tau namanya? Karena gue yakin, gue gak bisa mendapatkan dia.

Pesimis amat Le? Memang begitu keadaannya. Dari segala sisi gue dan dia memang bertolak belakang. Dia pintar, gue kurang pintar. Dia putih, gue coklat.  Dia bookworm, gue gamer. Dia kaya raya, gue kaya gembel. Dia tinggi, gue........... lebih tinggi dari dia sih, tapi ideal lah kalau gue sama dia jalan bareng. Memang benar, harusnya pasangan saling melengkapi, yang berarti masing-masing mengisi kekurangan pasangannya dengan kelebihan dirinya. Gue bisa aja ngebantuin dia dalam hal komputer karena dia gaptek, dan dia bisa ngajarin gue tentang pengetahuan yang ada di sekolah.

Kami melakukannya, tapi tidak menjadi pasangan, karena kami yakin, kami masih membangun pondasi masa depan, untuk pasangan nanti, agar saat kedepannya nanti kelak gue dan pasangan gue sudah berada di posisi yang cukup mapan, sehingga bisa menlanjutkan sisa hidup di dalam keharmonisan.

Jadi gue dan dia memang gak memutuskan untuk pacaran, karena kami masih konsen untuk pendidikan kami dulu (bahasa kerennya : pondasi masa depan).

.... Bilang aja Le lu udah yakin ditolak di awal makanya lu mengurungkan niat buat jadian sama dia. Mungkin itu sisi lainnya, tapi gue dan dia sepakat untuk memang tidak mencari pasangan dulu, baik gue mencari cewek lain, dan dia (mungkin) tidak mencari cowok lain.

Karena kegalauan yang absurd itu, gue keinget pas pertama kali gue menggambar manga dengannya. Dan di rumah gue yang sekarang, setelah lebih dari satu tahun tidak menggambar manga, karena anime Eureka 7 itu, akhirnya gue mulai berlatih lagi menggambar manga, mulai dari mata.

Latihan gambar mata, tetep aja jelek. Maklum 1 tahun enggak corat coret lagi.
Itu mata siapa? Ceritanya gue mau latihan mata seperti Eureka pada anime Eureka 7. Memang jelek gambar gue. Tapi tiap goresan pena pada gambar tersebut, banyak ingatan yang muncul saat gue menggambar.
Mata, adalah gambar pertama gue dengannya. Pertama kalinya gue latihan menggambar manga dengan dia, dan gambar pertama adalah mata.  Maka dari itu, setiap kali gue menggambar mata pada suatu tokoh, yang gue keinget adalah saat gue dan dia bersama-sama latihan menggambar, sekaligus mengingat saat gue pertamakali bertatap mata dengan dia, pandangan matanya yang membuat gue berasa "wah", dan membuat bekas yang cukup lama tergambar di pikiran gue.

Gue teringat saat pertama kali dia ketawa, saat itu gue bikin lelucon tentang temannya, dia ketawa, sampe jatuh (iya, dia jatuh dari kursi, untung lantainya gapapa). Entah kenapa, tawa dia itu beda sendiri dari manusia pada umumnya. Tawa dia itu seperti.... ya aneh lah, susah dideskripsikan. Bukannya susah sih, tapi susah banget (?).

Selain tertawa, dia juga pernah sedih. Pernah dia sedih sampe nangis, kemudian dia mukul-mukulin tangannya ke meja kayu. Pertama, kedua, ketiga, dia pukul terus sambil nangis. Gue gak tahan. Saat mau mukul keempat, gue menghadang mejanya, sehingga tangan gue yang kepukul. Mejanya gapapa, tangan gue biru memar. Kemudian gue dikatain bego. Lalu gue ketawa, dan dia mulai ketawa dan mulai menghapus kesedihannya karena tindakan heroik gue terhadap meja yang dia sakiti, karena gue punya perasaan peri-kemejaan.
Pernah juga gue (kebetulan) ngerjain tugas bareng dengan dia. Walaupun tugas kami beda pelajaran, entah kenapa ngerjain di satu meja, dan selesai bersama-sama. Memang berasa aneh saat mengerjakan, tetapi diakhir kita canggung sendiri dan tertawa bingung : gimana ceritanya pelajaran kimia dan bahasa sunda bisa dikerjakan satu meja dan selesai bersamaan?

Gue juga pernah ngajak dia nonton konser bareng, merasakan atmosfir yang sama. Gue keinget dia pertamakali kagum melihat orang bernyanyi di atas panggung, dan kebetulan gue di sebelahnya. Kami serasa menonton konser berdua. Seru, sekaligus menyenangkan. Paket double, melihat orang yang dikagumi di atas panggung, sekaligus melihat dia di sebelah gue bahagia.

Tiap goresan pena pada gambar mata itu, banyak memori yang tergambar di pikiran gue. Saat-saat gue masih di rumah gue yang lama, masih cukup dekat dengan rumah dia, masih bisa melihat wajah dia di pagi hari, dan saat pulang, walaupun jalan pulang kami hanya satu arah pada setengah perjalanan (ada pas perempatan, gue belok kiri, dia belok kanan), tetapi sampai rumah seakan-akan kami seperti satu arah kembali.

Mungkin ini yang dinamakan rindu yang dipaksa dipendam. Mencoba untuk dipendam, ditahan, selama mungkin, tapi karena suatu hal yang mengingatkan, kerinduan itu meledak, seperti saat ke WC, buang air besar, ditahan terus, pas dilepas, jebret, blepetan semua. Ternyata orangnya lagi diare. Jorok gila.

Namanya juga memori, walaupun memang sudah dipaksa untuk dilupakan, dia akan muncul lagi tiba-tiba, seperti bintang jatuh, muncul tiba-tiba, dan hilang tiba-tiba. Yap, mungkin nanti memori antara gue dengannya akan hilang tiba-tiba, walaupun nanti akan muncul kembali tiba-tiba, entah kapan.


Alhasil minggu yang harusnya gue pikirin buat konsentrasi ke ujian kenaikan tingkat gue, mau gak mau harus bercampur aduk sama kegalauan gue akan masa lalu. Semoga gue tetap survive, dan nilai ujian gue bisa melebihi nilai minimal, dan membuat gue dan orang tua gue puas, sehingga pondasi masa depan gue kuat, dan masa depan gue bisa memiliki cahaya kecil, yang nantinya akan menjadi terang benderang, dan akan menjadi seterang matahari saat gue bertemu dengannya.


Salam Pendam

@leonardixb